Tionghoa

Kamis, 07 Januari 2010

Keharmonisan

Kemajuan teknologi dan informasi di segala bidang dan adanya paradigma2 baru serta pola berpikir yang sangat kritis membuat kehidupan beragama semakin kabur makna dan tujuannya. Untuk itu saya mencoba menjembatani kondisi se hari2 yang sangat kompleks dengan kehidupan beragama(Tri Dharma) yang bersumber pada kebudayaan purba yang berumur ribuan tahun sehingga tercapai kondisi yang harmonis.
Telah banyak buku yang mengulas secara mendalam dan mendetail tentang arti dan makna simbul2 keagamaan. Untuk itu kami hanya akan mengulasnya secara garis besar yang pokok2saja. Akan ada perbedaan penafsiran yang bukan untuk diperdebatkan, tetapi semua itu justru memperkaya khasanah kebudayaan itu sendiri.

Kita sebagai manusia mempunyai 2 hal penting yaitu aspek lahir dan aspek batin.
dua hal ini berkaitan sangat erat dan mempengaruhi satu dengan yang lainnya. jadi selin mempunyai tubuh fisik(jasmani), kita juga mempunyai tubuh spiritual(rohani).
Kebanyakan dari kita hanya memelihara dan mementingkan hal yang bersifat nyata, yang terlihat saja. Padahal kebanyakan masalah2 dunia nyata berasal dari kekurangan/kelalaian dari dunia kerohanian.
Jadi dapat dikatakan makna sembahyang adalah pemeliharaan eksistensi tubuh spiritual kita/secara kerohanian.
Seorang bayi yang baru lahir kita buatkan Upacara di klenteng/Tempat Ibadah Tri Dharma lainnya. Dapat dikatakan itu merupakan pendaftaran eksistensi bayi tersebut secara spirit sehingga memproleh akte kelahiran secara spiritual.
Sama dengan kita daftarkan keberadaan bayi tersebut ke kantor Catatan Sipil, untuk memproleh Akte Kelahiran secara fisik/nyata. Begitu pula dalam hal pernikahan, kematian dan upacara2 lainnya. Sebenarnya merupakan kegiatan memenuhi kewajiban tubuh spiritual kita sebagai anggota suatu agama/sistem secara spiritual.
Dengan mengetahui makna dan tujuan suatu Upacara akan mengkhususkan diri kita dalam melaksanakannya.
Seseorang yang belum terdaftar secara apiritual umumnya lebih sulit dalam hal kehidupannya dibandingkan dengan yang telah terdaftar.
Karena tidak tercatat tentu tidak ada yang melindungin dengan penuh tanggung jawab. Sehingga kucuran rejeki dari ataspun ter sendat2.
Sama saja dengan kehidupan kita di dunia nyata. seseorang yang tidak punya identitas diri(akte kelahiran/KTP) tentunya lebih sulit mendapatkan izin2 dari kantor2.
Ini yang dimaksud bahwa dunia nyata dan tidak nyata salingberkaitan erat satu dengan yang lainnya dan saling mempengaruhi.
Jadi kita harus melaksanakan kegiatan upacara agama sama pentingnya dengan kewajiban kita di dunia nyata.
Semoga uraian ini dapat menambah wawasan umat Tri Dharma yang kami hormati dan kami cintai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar